Lumba-lumba menggunakan gelombang suara untuk berburu
Lumba-lumba menggunakan gelombang suara untuk berburu melalui sebuah proses yang disebut ekolokasi. Ekolokasi memungkinkan lumba-lumba untuk “melihat” lingkungan mereka menggunakan suara, bahkan di air yang keruh atau gelap.
Proses Ekolokasi Lumba-lumba menghasilkan suara klik dengan menggunakan struktur khusus di kepala mereka yang disebut melon. Melon berfungsi sebagai lensa akustik yang memfokuskan dan mengarahkan gelombang suara ke depan. Klik sonar ini memiliki frekuensi yang sangat tinggi, yang memungkinkan lumba-lumba mendeteksi detail yang sangat halus di lingkungan sekitarnya.
Pemancaran Klik: Klik sonar dipancarkan melalui air, menyebar ke segala arah di depan lumba-lumba. Gelombang suara bergerak lebih cepat di air dibandingkan di udara, sehingga informasi kembali ke lumba-lumba dengan cepat.
Ketika gelombang suara bertemu dengan objek (seperti ikan atau penghalang lainnya), gelombang tersebut memantul kembali ke lumba-lumba sebagai gema. Gema diterima melalui rahang bawah lumba-lumba, yang kemudian mengirimkan getaran ke telinga dalam mereka. Struktur tulang rahang bawah sangat sensitif dan membantu lumba-lumba mendeteksi dan memproses gema dengan akurasi tinggi.
Proses Otak lumba-lumba menganalisis informasi dari gema untuk menentukan ukuran, bentuk, jarak, dan bahkan jenis objek yang dipantulkan. Dari informasi ini, lumba-lumba dapat membangun “gambar” akustik dari lingkungannya, yang memungkinkan mereka untuk “melihat” dengan sangat jelas meskipun tanpa penglihatan mata.
Ekolokasi adalah alat yang sangat penting bagi lumba-lumba dalam perburuan, memberikan mereka kemampuan luar biasa untuk mendeteksi, melacak, dan menangkap mangsa di berbagai kondisi lingkungan.